6. PROSES PEREANCANGAN

Uraian pada bab ini bukanlah membahas secara mendalam apa dan bagairi.ana lahirnya sebuah proses perancangan ataupun kajian tentang sebuah proses perancangan. Pada dasarnya yang dimaksudkan tahapan perancangan di sini adalah alat atau suatu proses untuk membantu kita dalam menyelesaikan problernatik rancangan. Corak ragamnya banyak sekali, mulai dari faktor gaga si pembuatnya, pola yang dianut, bentuk gambarnya, waktu, jumlah disiplin yang terlibat, macam proyek, tujuan proyek, manajemen, proyek swasta, proyek pemerintah (pusat, daerah, departemen, dan sektoral), dan lain-lain.
Setiap langkah tahapan pasti dan selalu dimulai dengan langkah awal dan berakhir dengan tujuan/sasaran yang diinginkan. Oleh karenanya sebelum melangkah pada tahapan ataupun proses rancangan dibutuhkan perumusan tentang tujuan, sasaran termasuk di dalamnya faktor waktu yang diperlukan untuk merampungkan rancangannya. Dalam garis besarnya hanya ada dua sistem proses, yakni sistem linier dan sistem putaran.
Sistem linier lebih umum dipergunakan untuk enjinehng/desain dengan sasaran selesai dan menghasilkan sebuah keputusan.
Sedangkan sistem putaran lebih umum dipergunakan untuk tujuan p/anning/perencanaan yang memerlukan evaluasi, pembangunan berjangka, pembangunan bertransisi, pembangunan sektoral yang menyangkut multiaspek dan menghasilkan sebuah kesimpulan(ir. Slamet Wirasondjaya, MLA dalam Kuliah Pengantar Seminar AR 482 tanggal 27 Februari 1980).












Proses perancangan yang sistematik pada garis besarnya terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni tahapan Programmingdan tahapan Design.
Programming is Analysis, Design is Synthesis (William Pena dalam buku Problem Seeking mengulas banyak tentang apa yang dimaksud dengan programming dan apa yang dimaksud dengan design), artinya pada tahapan program lebih ditekankan pada penganalisisan segala aspek yang terkait pada rancangan hingga menghasilkan suatu konsep skematik yang nantinya menjadi landasan pada tahapan Design Development
Pengambilan keputusan menjadi faktor yang penting dari setiap langkah yang dibuat guna menyelesaikan karya rancangan lansekap. Pengambilan keputusan ini harus dilandasi dengan landasan teori dan pengaplikasian di dalam rancangannya. Oleh karenanya sikap mandiri dan keyakinan akan konsep yang diajukan memerlukan pemikiran yang jelas dan sistematik.
Langkah awal dari pengajuan proyek desain adalah dengan membuat dan mengajukan Rencana Usulan Proyek (RUP) atau Preliminary Report.
Ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang proyek desain yang diusulkan berupa gagasan dasar dan data proyek.

A. TAHAP PENDATAAN
Dalam hal Rencana Usulan Proyek, yang terpenting adalah penalaran terhadap masalah yang diajukan. Dasar/titik awal perancangan lansekap bertolak dari Master Plan yang diajukan. Artinya perlu dipikirkan kelengkapan data fisik bangunan/perkerasan dari masterplan tersebut (misal denah, tampak, potongan dari bangunan, peta topografi, informasi visual, dan informasi teknis lainnya).
Hal yang perlu dipelajari dan dipertanyakan tentang lokasi yang dirancang adalah sebagai berikut.
1. Apa dasar pemikiran proyek tersebut.
2. Apa permasalahannya terhadap kegiatan ruang luar atau kaitannya dengan masalah lansekap.
3. Tentukan sasaran dan tujuan rancangan.
4. Coba tentukan terra yang spesifik, tepat, dan sesuai aktivitas kegiatannya.
5. Bagaimana pendekatan perancangannya.
6. Apakah ada landasan teori yang mendukung dalam pemecahan masalah yang dirumuskan.

Perbandingan antara ruang terbangun dan ruang terbuka berkisar antara 40%: 60% atau lebih besar (kecuali pada urban area/ tapak di perkotaan, biasanya sangat terbatas). Untuk mendapatkan permasalahan, maka aktivitas dan fungsi ruang di dalam tapak haruslah bersifat kompleks (multi¬fungsi). Massa bangunan sebaiknya bersifat majemuk. Pola tata letak bangunan memungkinkan untuk pengembangan ruang, sirkulasi, dan fasilitas lingkungan.

Data lainnya yang perlu diketahui adalah
A. berapa lugs keseluruhan tapak, termasuk batas proyek,
B. siapa pemilik proyek tersebut (apakah perseorangan atau badan hukum),
C. bagaimana sifat dari proyek tersebut,
D. keadaan sifat tanah,
E. geologi,
F. hidrologi,
G. iklim,
H. curah hujan,
I. topografi,
J. vegetasi,
K. sensori sebagai potensi positif atau negatif,
L. lingkungan sekitar, dan
M. aspek sosial budaya dan ekonomi.

(Lihat skema PROSES PERANCANGAN)

B. TAHAP ANALISIS

Analisis tapak yang kita maksudkan adalah analysis in site. Artiny~, kita menganalisis terhadap potensi dan kendala yang mungkin tim'- dari rancangan kita. Kita tidak dapat melakukan penganalisisan sebelum tujuan dan sasaran yang kita inginkan telah terumuskan. Sebagai contoh, penetapan tujuan kita adalah merancang lansekap daerah rekreasi dengan pemanfaatan kondisi topografi. Maka segala sesuatu yang kita analisis, balk tapak, aktivitas, selalu mengarah ke tujuan yang dimaksud. Jadi, yang dianalisis adalah tapak yang akan dirancang. Analisis tapak memerlukan pertimbangan yang sisternatis terhadap 3 (tiga) konteks utama, berikut ini.
1. Konteks penganalisisan terhadap aktivitas dan fungsi pemakai.
2. Konteks penganalisisan terhadap spatial/lingkungan tapaknya (alamiah dan buatan).
3. Konteks penganalisisan terhadap behavioral (pola aktivitas sosial ekonomi, budaya, dan lingkungan tapak sekitarnya termasuk kebijakan umum yang mempengaruhi pengembangan tapak).

Analisis tapak dapat dibac, :nenjadi 2 (dug) bagian, yakni analisis tapak terhadap lingkungan alamiah dan analisis tapak terhadap lingkungan buatan.
Apa yang perlu dianalisis? Di bawah ini terurai beberapa faktor yang dapat dijadikan analisis minimal. Namun kiranya dapat dilengkapi sesuai dengan kebutuhan tujuan (Baca buku Site Analysis: Diagramming Information for Architectural Design, karangan Edward T White).

1. Analisis terhadap Pengguna Ruang/Pemakai untuk Mendapatkan Program Kebutuhan
Karakteristik manusia pemakai dan pengguna merupakan aspek penting yang akan dianalisis untuk menentukan kebutuhan dan aktivitas ruang. Banyaknya jumlah pemakai, jenis kelamin pemakai mana yang lebih dominan, umur menurut golongan, kebiasaan setempat, golongan
ekonomi, pekerjaan, dan lainnya merupakan beberapa aspek yang perlu dikaji secara mendalam. Artinya pola tingkah laku manusia pemakai dan tingkat sosiologis memberikan pertimbangan terhadap aktivitas kegiatan yang diperlukan. Dan selanjutnya menentukan kebutuhan ruang (space) dan pola hubungan ruang. Misalkan untuk suatu rancangan lansekap hotel resort, maka golongan umur menentukan kebutuhan aktivitasnya di ruang luar. Aktivitas apa yang diperlukan dalam kaitan dengan rekreasi untuk golongan dewasa, anak, dan orang tug. Contoh lain, untuk peren¬canaan lansekap kampus, golongan mahasiswa, dosen, dan karyawan mempunyai aktivitas yang berbeda terhadap penggunaan ruang luarnya. Dengan demikian pertimbangan terhadap aktivitas menentukan fungsi ruang yang diciptakan.

2. Analisis terhadap Lingkungan Alamiah untuk Memahami Karakteristik Tapak (Analysis of The Site)
Lingkungan alamiah adalah elemen-elemen alami dan keadaan tempat sekitar tapak (iklim, air, tanah, topografi, vegetasi, dan kehidupan makhluk hidup lainnya) yang penting bagi rancangan tapak.

A. Iklim/Klimatologi
Analisis terhadap faktor klimatologi meliputi aspek-aspek bagaimana suhu secara regional (macro dimate), suhu di dalam tapak (micro dimate), sudut/arah sinar matahari, curah hujan, kekuatan angin, frekuensi angin, dan kelembapan. Analisis ini dibutuhkan agar rancangan lansekap memperhatikan energy concious. Pengaruh iklim ini akan mempengaruhi ruang-ruang yang dikehendaki ataupun keterlindungan terhadap pengaruh pangs dan teduhnya suatu ruang.

B. Vegetasi/makhluk hidup lainnya
Perhatikan dalam penganalisisan faktor berikut ini.
• Sifat ekosistem dan kepekaannya terhadap pembangunannya.
• Potensi bentuk visual alamiah dari jenis vegetasi yang ada.
Suatu kumpulan vegetasi akan mempengaruhi kondisi iklim, karakter tapak, dan tipe tanah. Di samping itu juga mempengaruhi kondisi hidrologi setempat. Lebih dari itu vegetasi mempunyai kaitan erat dengan ekosistem setempat. Tumbuh-tumbuhan (vegetasi) merupakan potef!si tapak yang penting dalam hal pembentukan skala, tekstur, warna dan bentuk tajuk, karakter tapak, serta komposisi.
Tiga hal yang penting diketahui bahwa pepohonan dapat digunakan untuk menciptakan bidang vertikal, menutup pandangan yang kurang balk, menciptakan privasi, dan menciptakan iklim pada ruang-ruang yang akan dirancang. Semak (scrubs) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tekstur, warna, komposisi, pengarah sirkulasi, Berta sebagai pembatas suatu areal/ruang. Sedangkan penutup tanah (rerumputan) membentuk bidang alas dan merupakan elemen penting untuk mengurangi erosi tanah permukaan, menentukan kualitas ruang dengan tekstur dan warnanya. Di camping itu, kiranya perlu dikaji lokasi, jalur kehidupan, kebutuhan makanan dari makhluk hidup lainnya seperti kawanan satwa unggas, guna kepentingan berwawasan lingkungan.

c. Topografi
Bentuk muka tanah atau topografi mempengaruhi rancangan dalam 3 (tiga) hal, yakni
1. topografi mempengaruhi iklim dan cuaca,
2. topografi mempengaruhi bidang muka tanah untuk keperluan enjinering (konstruksi), dan
3. topografi menggambarkan karakter tapak.

Bentuk muka tanah (dataran, bukit) mempengaruhi micro dimate karena adanya pergerakan udara dan orientasi sinar matahari. Angin menjadi lebih lemah pada sisi lereng yang terlindung dan menjadi kuat pada sisi lereng atasnya. Pada malam hari daerah yang rendah mempunyai suhu lebih dingin dibandingkan dengan lereng yang lebih tinggi. Hal ini mempengaruhi peletakan tanaman yang. sesuai dengan tujuan rancangan.
Karakteristik kemiringan muka tanah akan menentukan daerah-daerah yang sesuai fungsi pemanfaatannya dan segi enjineringnya. Pada daerah berkontur dengan kemiringan tertentu memerlukan penyelesaian enjinering/konstruksi tertentu. Umumnya, kemiringan di bawah 4% diklasifikasikan sebagai daerah datar dan cocok untuk aktivitas/kegiatan yang padat (seperti tempat parkir, plaza, kolam renang, children play ground, olahraga). Kemiringan antara 4-10% untuk kegiatan sedang dan ringan (seperti tempat gazebo, olahraga). Sedangkan kemiringan lebih dari 10% lebih cocok untuk penempatan titik pandang, ruang khusus, dan pembibitan. Bila kondisi muka tanah diperlukan untuk diubah sesuai penggunaannya, maka aspek rekayasa perlu dipikirkan dan membentuk poly kontur barn yang sesuai dengan kondisi ekologisnya. Ini dimaksudkan agar kondisi lansekap setempat tidak menyimpang dari karakternya.

d. Tanah
Kondisi tanah yang dimaksud adalah tanah dalam konteks enjinering
(rekayasa) dan tanah dalam konteks jenis, sifat, dan unsur tanah itu sendiri. Analisis tanah menjadi penting karena mempengaruhi:
1. sifat ekologis sebagai medium untuk menunjang kehidupan tumbuh¬tumbuhan,
2. sistem pemilihan konstruksi, dan
3. sebagai potensi fisik tapak.

Analisis ini diperlukan mengingat sifat tanah yang penting bagi kehidupan tumbuh-tumbuhan adalah drainase, kadar organic, keasaman (pH), dan tersedianya zat gizi seperti nitrogen. Ini akan menentukan perkiraan jenis tanaman yang dapat tumbuh pada lokasi tersebut dan usaha untuk menjadikan struktur jenis tanah sesuai dengan habitat tanaman. Struktur jenis tanah mempengaruhi keputusan dalam penggunaan sistem rekayasa, misalkan pada daerah tanah bergambut, bagaimana penyelesaian konstruksi jalan pedestrian dan bagaimana pemilihan jenis tanamannya. Hal lainnya kadangkala tanah mempunyai karakteristik berbatu-batu dengan lingkungan alamiah. IN merupakan suatu potensi alami dari lansekap yang dapat dimanfaatkan sehingga menimbulkan keharmonisan dalam rancangannya.

e. Air
Analisis terhadap unsur adanya air dalam tapak dikarenakan 3 (tiga) hal:
1. air sangat penting sebagai elemen dasar yang menunjang kehidupan,
2. air permukaan dan air bawah tanah mempengaruhi potensi pengembangan tapak, dan
3. air merupakan elemen lansekap.
Sumber air berasal dari hujan ataupun air yang berada di bawah ta¬nah itu sendiri. Air ini akan mempengaruhi kehidupan tanaman. Artinya kita hares menganalisis di mans adanya sumber air. Air hujan merupakan air permukaan. Dengan adanya kemiringan tanah, maka terjadi aliran yang dapat menyebabkan faktor run off dan akan terjadi bentuk drainase alamiah yang mempengaruhi bentuk muka tanah.
Air merupakan sumber persediaan bagi sungai-sungai. Keberadaan air sungai yang mengalir dapat menjadi potensi elemen lansekap untuk menciptakan kesan ketenangan, refleksi, aktivitas rekreasi, dan seba¬gainya.
Air mengalir dari pancuran, anak sungai dan air terjun dapat menimbulkw- suara dan gerak sebagai bagian dari rancangan. Di sisi lain, penampungan air permukaan akan meningkatkan penyerapan ke water table dan merupakan salah satu cara memperkecil drainase lingkungan.

f. Sensori
Analisis yang perlu dilakukan adalah view/titik pandang/titik penglihatan. View/pandangan dari tapak termasuk posisi titik pandang yang potensial untuk melihat potensi lansekap. Apakah pandangan tersebut positif atau negatif. Sudut pandangan yang bebas. Apakah pemandangan tersebut dapat berubah-ubah dan kemungkinan sudut pandangan tersebut tidak berubah.

g. Sumber kebisingan
Di mana terdapat sumber kebisingan. Berapa besar kekuatan sumber kebisingan tersebut. Apa yang menyebabkan timbulnya kebisingan. Ke arah mana sumber kebisingan bergerak, dan lain-lain.

h. Pemandangan yang balk dan pemandangan yang buruk
Analisis potensi pemandangan yang menarik dan kurang menarik. Disadari bahwa hal menarik atau kurang menarik mempunyai penilaian yang relatif (subjektif). Namun bila dikaitkan dengan tujuan dan sasaran perancangan, maka penilaian tersebut dapat dibuat dengan cara memper¬bandingkan satu dengan lainnya. Mana yang lebih berpotensi dibandingkan dengan lainnya. Demikian pula potensi tanaman yang ada di sekitar tapak hingga pemikiran borrowed scenery dapat dimasukkan dalam rancangan.

3. Evaluasi Master Plan (Analisis Lingkungan Buatan untuk Memahami Konsepsi dari Master Plan)
Yang dimaksud dengan lingkungan binaan adalah semua data dari elemen buatan manusia yang ada di dalam tapak, misalkan bangunan, jalan, drainase, dan lain-lain.
Perlu diperhatikan dan diingat bahwa evaluasi master plan bukan untuk menilai baik/buruknya rencana yang ada, melainkan untuk mengetahui, memahami, dan mengenal konsepsi ruang, konsepsi sirkulasi, dari masterplan yang dikerjakan oleh site planner.
Dengan mengetahui konsepsi masterplan tersebut, maka pemikiran kita terhadap program rancangan lansekap yang dibuat akan menyesuaikan dengan rencana tersebut.
Faktor yang perlu dianalisis untuk dipahami dari lingkungan binaan antara lain sebagai berikut.

a. Mengetahui Batas Tapak
Batas tapak dalam masterplan perlu dikenali. Dikaitkan dengan skala gambar, berapa luasan kuantitatif bangunan dan ruang luarnya dengan satuan meter persegi. Mengenali pencapaian dari luar tapak. Mengenali lingkungan di sekitar tapak, apa fungsi lingkungan sekitarnya. Bagaimana hubungan tapak dengan kegiatan lingkungan sekitarnya.
b. Mengetahui Konsepsi Ruang/ Zoning/Tata Letak Bangunan
Dari tata letak dan fungsi bangunan kita dapat menangkap konsepsi zoning yang dibuat oleh arsitek. Misalkan suatu master plan sebuah hotel resort, kita dapat mengetahui zoning yang direncanakan. Di mana zoning untuk public space, private space, dan service space. Fungsi apa saja yang ada di sana.
Demikian pula dengan pola dan sistem tata letak bangunan. Apakah pola grid (Grid Pattern) atau pola geometric ataupun adanya garis Sumbu Axis menjadi konsepsinya. Bangunan berorientasi ke arah mana. Di mana aktivitas utama ruang luar yang ingin dicapai oleh arsitek. Ke arah mana hubungan antara massa bangunan dalam hal membentuk suatu ruang di luar bangunan. Hal ini perlu dipahami, diketahui dan penalaran guna pertimbangan dalam menentukan aktivitas, konsep ruang luar, dan peletakan/zoning ruang luarnya.

c. Mengetahui Pola Sirkulasi
Pola sirkulasi yang ada pada master plan sudah sepantasnya untuk dipelajari. Bagaimana konsep dari sirkulasi pejalan kaki. Demikian pula dengan konsep sirkulasi kendaraan bermotor. Sistem apakah yang diterapkan oleh arsitek. Apakah melalui pendekatan pola direct system ataukah dengan irregular system. Mengapa pola sirkulasi ini diterapkan pada tapak tersebut. Apakah ada hierarki/urut-urutan fungsi sirkulasi di sana. Bagaimana hubungan antara sirkulasi dengan bangunan ataupun dengan aktivitas kegiatan di ruang luarnya. Di mana letak parkir, berapa lugs dan pola parkir yang diterapkan.
d. Mengetahui Bentuk Fisik Bangunan
Bentuk arsitektural, style/gaga dan ketinggian bangunan diamati dan diperhatikan dengan cermat. Apakah konsep dan bentuk bangunan tersebut mengambil gaga tropic ataukah kolonial ataupun modern. Untuk mengenalinya perlu pengetahuan tentang arsitektur ataupun banyak bertanya dengan rekan arsitek. Mengapa bentuk bangunan tersebut dipilih dan apa makna dari bangunan tersebut. Termasuk pula letak pintu masuk dan jendela dari bangunan. Ini memerlukan pengkajian yang nantinya berguna dalam pertimbangan menentukan hubungan sirkulasi dalam tapak.

e. Mengetahui Pola Drainase
Pola drainase yang dipelajari adalah sistem saluran pembuangan muka tanah ataupun di dalam tanah yang berhubungan dengan limbah yang berasal dari kegiatan di dalam bangunan. Di mana letak saluran pembuangan utama. Ke arah mana a4iran air bergerak. Berapa lebar saluran tersebut. Kegunaan dari analisis ini adalah agar rancangan drainase akibat rancangan aktivitas ruang luar yang dibuat, nantinya mempunyai hubungan dengan saluran asal.

f. Mengenal Sarana Utilitas
Di mana diletakkan sarana utilitas misalkan letak lampu penerangan ruang luarnya. Di mana letak tempat terminal pembuangan limbah sampah. Di mana letak cumber air pompa. Di mana letak sarana-sarana lainnya.










4. Analisis terhadap Social, Ekonomi, Budaya, dan Lingkungan Tapak Sekitar Termasuk Kebijaksanaan Umum yang Mempengaruhi Perkembangan Tapak
Faktor social, ekonomi, budaya, dan lingkungan sekitar perlu dianalisis. Tingkat kehidupan masyarakat sekitar perlu diketahui agar menjadi pertimbangan dalam menentukan zoning dan aktivitas kegiatan yang dirancang. Faktor budaya bagaimanapun menjadi suatu tolok ukur keberhasilan sebuah rancangan. Misalkan kebiasaan pendu(Juk setempat yang menganggap bahwa pohon beringin suatu jenis tanaman yang mempunyai nilai sakral, maka jangan4ah menempatkan tanam~. i tersebut menjadi pohon peneduh di daerah parkir atau ditempatkan pada daerah pelayanan (service).
Demikian pula halnya dengan faktor lingkungan terutama karakteristik lansekap yang ada, perlu dipertimbangkan masak-masak agar rancangan lansekap yang diciptakan menjadi harmonic dengan lingkungannya.
Faktor lainnya adalah rencana pengembangan kota setempat perlu dikaji, termasuk peraturan pemerintah daerah yang terkait pada perancangan lansekap, misalkan ketentuan GSP (Garis Sepanjang Pantai), public beach, limbah buangan, dan lainnya. Penyajian informasi tentang analisis tapak ini dapat berupa gambar peta yang berisikan faktor yang dianalisis ataupun dalam bentuk matrix diagram ataupun dalam bentuk buble diagram.

C. ANALISIS TAPAK (SITE ANALYSIS)
Setelah kita memahami karakter tapak, konsepsi dari master plan, maka langkah selanjutnya dari penganalisisan tersebut adalah memasukkan program aktivitas yang direncanakan ke dalam tapak dengan pertimbangan kondisi dan karakter tapak tadi. Hal ini memerlukan pemikiran secara logis, objektif. Sebagai contoh, apabila diperlukan kebutuhan parkir kendaraan, maka penempatan area parkir dicari dan diletakkan pada daerah datar; atau di manakah sebaiknya pintu masuk utama yang aman, menarik, dan mudah dicapai, sesuai program kebutuhan?
Artinya, analisis tapak adalah memadukan program kebutuhan dengan karakter tapak yang dimiliki.

D. TAHAP SKEMATIK
Setelah melakukan penganalisisan, maka tahap selanjutnya adalah menentukan sintesis. Tahapan sintesis merupakan pemikiran terhadap konsep pemecahan masalah yang ingin diaplikasikan dalam tapak. Jadi, yang dimaksud dengan konsep di sini adalah konsep programatik. Konsep programatik adalah mengacu pada gagasan-gagasan yang dituju terutama sebagai pemecahan fungsional dan operasional. Konsep tersebut adalah gagasan umum dan mengacu pada tapak. Di camping itu perlu dibodakan dengan konsep desain. Konsep desain adalah mengacu pada gagasan yang dimaksud sesuai tujuan sebagai pemecahan fisik arsitoklural. Porlu diperhatikan konsep programatik yang disajikan bukan uraian atau gambaran konsep teoretis melainkan konsep dari pemecahan masalah ke dalam tapak.
Di dalam konsep programatik beberapa aspek dari konsep yang perlu diusulkan adalah sebagai berikut. -
a. Bagaimana konsep programatik terhadap lingkungan.
b. Bagaimana konsep programatik terhadap zoning.
c. Bagaimana konsep programatik terhadap ruang.
d. Bagaimana konsep programatik terhadap sirkulasi.
e. Bagaimana konsep programatik terhadap tata hijau.
f. Bagaimana konsep terhadap pembentukan muka tanah.
g. Bagaimana konsep terhadap rekayasa lansekap.
Kumpulan dari konsep programatik ini divisualisasikan dalam bentuk skematik plan dengan pets dasar dari tapak yang dirancang. Selanjutnya dari visualisasi tersebut dapat dilanjutkan pada visualisasi skematikdesain yang menggambarkan ruang atau bentuk 3 (tiga) dimensi dari konsep tersebut ke dalam tapak (dapat dalam bentuk sketsa imajinatif yang mendekati keadaan tapak, atau dengan teknik montage atau dengan contoh khusus proyek sejenis).
Untuk lebih memahami ruang-ruang yang akan diciptakan maka perlu kiranya dipelajari dan dihayati "ruang" secara nyata dalam bentuk Maket Studi.

E. TAHAP PRARANCANGAN
Tahap ini merupakan tahapan desain atau sintesis, yaitu usulan keputusan pemecahan masalah desain walaupun masih bersifat sementara. Atau dengan kata lain adalah pengaplikasian konsep program ke dalam tapak r-nelalui pertimbangan arsitektural, yakni terra, komponen pembentuk ruang, bentuk/gaya/style, fungsi ruang, kesan ruang, nilai ruang, komposisi, skala, warna, bahan material (alami/buatan), sistem konstruksi, estetika, tekstur, dan lainnya. Pada tahapan ini faktor kreativitas, pengalaman, serta kemampuan mengembangkan att/seni dan penguasaan kriteria memegang peran penting. Penerapan design by logic dan kaidah-kaidah mendesain agar ditaati dan dijaga.

F. TAHAP PENGEMBANGAN RANCANGAN
Tahap ini merupakan tahap keputusan atau tahap final dari pemecahan masalah desain yang nantinya menjadi dasar bagi rancangan detail selanjutnya. Yang terpenting pada tahap ini adalah memberikan visualisasi rancangan secara jelas, teratur, sistematis dan profesional dalam menggunakan teknik-teknik visualisasi gambar. Dalam tahapan produksi gambar dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni
(1) Gambar Planning in Design yang terdiri dari:

NO. JENIS GAMBAR SKALA
1. Lay out plan Rencana lansekap 1 : 500
2. Landscape plan Rencana dasar 1 : 1.000
3. Planting plan Rencana pola tata hijau 1 : 500
4. Elevation plan Rencana evaluasi 1 : 500
5. Section plan Rencana tampak 1 : 500
6. Landscape utility Rencana utilitas 1 : 500
7. Landscape topography Rencana muka tanah 1 : 500
8. Drainage plan Rencana pembuangan 1 : 500
9. Maintenance plan Rencana pemeliharaan 1 : 500
10. Perspektive, bird eye view Perspektif tampak burung No scale

(2) Gambar Detailed Landscape Design yang terdiri dari:

NO. JENIS GAMBAR
SKALA

11. Landscape design Rancangan rinci I : 200
12. Planting design Rancangan tata. hijau 1 : 100
13. Section and elevation Potongan dan tampak 1 : 100
14. Detailed landscape Rancangan rinci bagian tapak 1 : 100
1 : 50
15. Detailed hard material Rancangan rinci perkerasan 1 : 100
1 : 50
16. Detailed soft material Rancangan rinci tata tanaman 1 : 100
1 : 50
17. Detailed plant construction Rancangan penanaman 1 : 50
1 : 20
18. Detailed hard construction Rancangan konstruksi 1 : 50

1 : 20
19. Perspective Perspektif bagian rancangan Tanpa
tapak skala

(3)Maket presentasi sesuai skala Landscape P/anyang dibual
(4)Report design statement (Laporan perancangan).
(5)Cost estimate (Rencana anggaran biaya dan doWmim,,potillikokill)